Jam Pelayanan Hari Senin - Sabtu
10.00 AM to 7.00 PM
Kontak 024-76431869
Email cv.arzaq@gmail.com

6 Sigma (American Standard)

Pengertian mendasar dalam penerapan Six Sigma adalah adanya metode berteknilogi tinggi yang digunakan oleh engineer didukung statistikawan agar dapat memperbaiki kemampuan proses untuk menghasilkan produk sebesar Six Sigma (6 simpangan baku), yaitu 3.4 buah kesalahan (cacat) dalam 1 juta proses (peluang) sehingga hasilnya adalah 99.9997% (Muhandri, 2006).

SMM Six Sigma dapat diaplikasikan di berbagai bidang, di antaranya yaitu Customer Service, Finance, Human Resources, Manufacturing, Repair Operation, Sales, Software Development, dan lain-lain. Dalam implementasi SMM Six Sigma sangat diperlukan ahli statistika dan alat-alat bantu (tools), yaitu: proses desain/redesain, analisis keragaman, Balance Score Cards, “Voice at Customer”, “Creating Thinking”, rancangan percobaan, manajemen proses, dan pengendalian proses statistika (Control Chart) (Muhandri, 2006). Selain itu, juga diperlukan tools diagram pareto, box plot, QFD, FMEA, minitab (Marciso, 2006).

Dalam pelaksanaannya, SMM Six Sigma terdiri atas lima fase, yaitu: (1) Define Phase, (2) Measure Phase, (3) Analyze Phase, (4) Improve Phase, dan (5) Control Phase. Berikut akan dijabarkan satu per satu.

1. Define Phase

Dalam fase ini dilakukan untuk: (1) identifikasi pengembangan proses atau produk, (2) menunjukkan dan menjelaskan Voice of Customer (VOC) Tools dan teknik data VOC, (3) membentuk tim charter, (4) problem/goal statement, jangkauan proyek (project scope), perkara bisnis (business case), peran tim (tim role), milestone, (5) mengembangkan rencana proses tingkat tinggi untuk 4-5 langkah proses yang paling signifikan, (6) memperoleh izin proyek secara resmi.

2. Measure Phase

a.    Langkah 1: Pelaksanaan rencana dan pengukuran vs syarat konsumen:
b.   Langkah 2: mengembangkan baseline defect measure dan identifikasi tujuan pengembangan
c.    Langkah 3: memilih karakteristik CTQ

3. Analyse Phase

Fase ini dilakukan dengan tujuan: agar lebih memahami proses dan akar permasalahan yang terjadi. Selain itu, untuk menghindari ketidakterpecahkannya masalah, menentukan penyebab akar permasalahan, memahami besarnya permasalah tersebut, untuk mengkalibrasi kembali jangkauan proyek, membangun target dan mengukur “oppty”.

4. Improve Phase

Pada fase ini dilakukan strategi perbaikan dengan cara mengembangkan strategi perbaikan agar tersedia framework untuk pengembangan solusi secara sistematik dan efisiensi. Strategi yang digunakan tergantung pada proyek perbaikan yang sebenarnya, level pengetahuan proses, dan ketersediaan dan karakteristik data.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah:

a)  Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.

b) Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya.

c)  Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan direspon balik dengan cepat.

d) Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan berubah.